Opsi Pendidikan Berbasis Budaya Dalam Konteks Globalisasi
Pertama, model kebijakan pendidikan Kurikulum Nasional (Kurnas), menurut hemat kami, menjadi salah satu penyebab kualitas SDM di daerah-daerah sangat tertinggal, termasuk Papua yang paling rendah. Untuk keberagaman yang multidimensi di Indonesia tidak mungkin solusi “one size fits all” akan efektif dan efisien. Kedua, pendidikan harus dibangun di atas identitas budaya; tidak ada masyarakat modern di dunia saat ini yang vakum atau tanpa identitas budaya. Sementara itu di dalam Kurnas budaya lokal hadir sebagai “Mulok” (muatan lokal) dan di bagian waktu “Ekstrakurikuler”. Seharusnya budaya adalah payung pendidikan.
Kami memberanikan diri untuk mencari opsi pendidikan yang memampukan generasi penerus OAP bersaing. Salah satu langkah yang kami lakukan adalah melakukan penelitian tentang filosofi dan praksis pendidikan dalam budaya Papua. Hasil kesimpulan kami dari penelitian tersebut, ternyata pendidikan dalam budaya Papua jauh lebih lengkap dari pendidikan modern yang diberlakukan di Indonesia. Pendidikan tradisional Papua sudah memanusiakan manusia, menghasilkan generasi yang mencintai kehidupan dan bangga akan identitas jati diri dan budayanya.
Berikut, kami pun mulai mengkaji ulang kekayaan dan kelebihan pendidikan di Amerika Serikat. Sebagai catatan ketiga pendiri Yayasan Alirena adalah putra Indonesia yang sudah lebih dari 30 tahun berkarya di Amerika pada bidang high-technology dan bisnis internasional, bahkan 1 adalah warga negara Amerika Serikat. Keunikan pendidikan Amerika yang tidak ada di masyarakat lain, yaitu tidak adanya tembok antara pendidik dan siswa; siswa menganggap pendidik sebagai “teman” menggali ilmu pengetahuan dan ruang imajinasi masa depan. Pada waktu rasa percaya dan “aman” hadir di ruang pendidikan, siswa menjadi berani untuk mengeksplor materi pembelajaran secara bebas dan kaya; pendidik tidak merasa “dipermalukan” pada waktu tidak bisa menjawab atau memuaskan eksplorasi siswa, malah membuat mereka menjadi lebih ingin tahu sehingga mereka pun berakselerasi. Dengan kata lain keunikan pendidikan Amerika adalah ruang pendidikan itu dieksplor dan dieksploitasi secara maksimal oleh siswa dan pendidik. Tidak heran kalau banyak inovasi datang dari ruang pendidikan di Amerika dibanding dari tempat lain. Pendidikan membuka ruang kehidupan secara langsung; pendidikan adalah riset, riset adalah pendidikan.
Kedua budaya pendidikan itu kami integrasikan dan kami namakan Pengkajian Budaya Papua dan Modernisasi (PBPM). Pendidikan harus menghasilkan entrepreneurship, kalau hal itu bisa berhasil, maka masyarakat asli Papua memiliki kesempatan untuk hadir dan relevan dalam globalisasi. Entrepreneurship kami defenisikan sebagai konsep pola hidup dan proses berpikir produktif bukanhanya sekedar berbisnis. PBPM mempunyai agenda untuk menggeser paradigma hidup masyarakat peramu demand sharing paradigm menjadi wealth creating paradigm, dari paradigma menuntut bagian atau jatahnya, menjadi paradigma menciptakan sumber-sumber kekayaan, sehingga masyarakat lainnya menjadi lebih sejahtera.